Memelihara Diri dalam Kasih Allah
Yudas 1 : 17 – 23
Ditengah arus penyimpangan dan kebingungan, Yudas tidak hanya menegur, tetapi juga memberikan Fondasi rohani. Dalam konteks zaman ini, pesan Yudas terasa semakin relevan. Gereja modern menghadapi tantangan, tantangan dari ajaran palsu, krisis moral dan kehidupan iman yang begitu dangkal. Bagi Yudas iman adalah pusat kehidupan rohani, benteng melawan penyimpangan dan dasar dari keselamatan. Nats ini juga berfungsi sebagai manifesto rohani yang mengajak dan mendorong untuk kembali memperjuangkan iman dalam kehidupan. Iman bukan hanya sekedar keyakinan, melainkan iman menjadi bagian dari warisan suci. Karena itu kita tidak boleh meremehkan iman dengan menggantinya kepada pengajaran baru. Kita kehilangan iman berarti arah hidup rohani juga turut hilang.
Iman yang menghubungkan kita dengan Tuhan, iman juga yang memberikan kita kekuatan untuk menjalani hidup, dan menjadi panduan dalam segala keputusan yang kita ambil. Iman harus berkembang, iman Kristen bukanlah hal yang bersifat pasif melainkan sesuatu yang aktif dan dinamis. Setiap hari kita menghadapi situasi yang berbeda, dalam menghadapi semua itu kita membutuhkan iman, supaya iman yang selalu menuntut kita fokus kepada Tuhan dan bertahan untuk setia kepada Tuhan di tengah zaman yang penuh kesesatan.
Saat ini banyak orang Kristen tidak lagi mengurusi kehidupan rohaninya. Kehidupan rohaninya dibiarkan terlantar, kehidupan rohani seperti ini tidak mati tiba-tiba tetapi layu perlahanlahan. Membangun iman itu sangat penting, mengapa penting karena iman bisa lemah dan goyah ketika hal-hal yang tidak diinginkan menghampiri kehidupannya. Iman itu ibaratkan seperti pohon kecil, kalau dibiarkan tanpa air maka ia akan layu, kalau tidak dilindungi dari hama maka ia akan mati. Tapi kalau pohon itu disiram, dijaga dan diberi cahaya kasih Allah maka iman akan Tumbuh kuat dan berbuah. Bangunlah iman lewat persekutuan, bukan dalam kesendirian. Jika imanmu mulai lemah kembali kesumbernya kasih dan rahmat Kristus. Mari kita jadikan firman dan doa juga sebagai rutinitas rohanimu, bukan menjadi beban.
Iman sejati tidak egois, ia melahirkan kepedulian rohani. Orang percaya dipanggil untuk menyelamatkan sesama dari kesesatan dengan kasih dan kebijaksanaan. Dalam konteks ini kasih Allah juga menjadi benteng rohani, jikalau kasih Allah lenyap maka iman menjadi dingin dan kering, gereja mudah terpecah belah dan mulai kehilangan arah. Kasih Allah bukan hanya untuk dirasakan tapi untuk dijaga, dihidupi dan dibagikan. Kenapa kasih Allah harus dijaga? Karena kasih didunia ini semakin berkurang. Apa sebab akibatnya? Jemaat tidak lagi hidup dari Fiman, ketika doa berhenti kasih pun mulai mendingin.
Hidup menjadi kering, pelayanan menjadi beban dan pengharapan kekal kehilangan makna, ini terjadi karena kasih Allah tidak lagi di pelihara. Tanpa kasih Allah iman pun padam, iman padam maka peluang untuk tersesat kemungkinan terjadi. Yudas menulis surat singkat dengan muatan-muatan yang tegas untuk memberikan peringatan, supaya kasih jangan dingin, tetaplah jaga imanmu. Jangan pernah heran dengan dunia ini, tetaplah berelasi kepada Tuhan, jangan lupakan firmannya, karena mereka yang melupakan Firman maka akan mudah untuk dikelabui dunia ini.
Begitu juga dengan Firman yang diingat, ini akan menjadi tameng ketika pencobaan datang. Kenali bahwa nilai-nilai moral dunia makin jauh dari Firman Tuhan, maka orang percaya haruslah semakin dekat dengan Tuhan. Ketika dunia mengejek, iman dipanggil untuk tetap teguh, ketika hawa nafsu berkuasa kasih memanggil kita untuk tetap suci. Percayalah kasih Allah selalu menjaga kita, dan kasih Allah adalah rumah rohani kita. Amin.





