Bertobatlah! Kerajaan Sorga Sudah Dekat
Matius 3 1-12
Pertobatan bukan sekadar respons moral kecil, tetapi perubahan total arah hidup karena Allah sendiri sedang bergerak mendekat dan mengetuk hati manusia. Pertobatan bukanlah tindakan etis sederhana, tetapi pergeseran radikal, karena Allah sedang bertindak mengguncang kenyamanan rohani dan memanggil umatNya kembali kepadaNya. Pertobatan bukan langkah kecil dalam moralitas, itu adalah momen ketika hati berubah karena Allah sedang bekerja membarui hidup kita. Pertobatan tidak lahir dari rasa bersalah, tetapi dari kesadaran bahwa Allah sedang bergerak. Ketika Allah bergerak hidup kita tidak bisa lagi berjalan dijalur yang lama.
Ketika kita membuka Matius 3:1-12, kita tidak sedang membaca seruan moral biasa. Yohanes pembaptis berdiri dipadang gurun bukan untuk mengajarkan etika ringan, tetapi untuk mengumumkan bahwa Allah sedang bergerak memasuki sejarah manusia. Karena itu, pertobatan bukan respons kecil, tetapi pergeseran total arah hidup. Ketika Allah datang mendekat, ketika terang kerajaanNya mulai menembus kegelapan tidak ada bagian dari hidup kita yang boleh tetap sama. Seruan Yohanes mengguncang Israel yang nyaman dalam ritual, untuk kembali disucikan dan di persiapkan menyambut kehadiran Kristus.
Dalam kehidupan, ada saat-saat kita sadar bahwa yang kita butuhkan bukan sekedar perbaikan kecil, bukan juga sekedar tambalan moral, tetapi perubahan arah hidup secara total. Ditengah-tengah padang gurun, melalui suara yang tidak memakai mimbar indah Yohanes pembaptis mengatakan : Bertobatlah sebab Kerajaan sorga sudah dekat! Ini bukan ajakan untuk sedikit memperbaiki diri, bukan seruan agar orang Israel menjadi lebih baik sedikit. Ini panggilan profetis yang mengguncang, jika kerajaan Allah mendekat maka hidup harus berubah total. Arah hati harus berbalik. Jalan yang bengkok harus diluruskan. Pohon yang tidak berbuah juga harus ditebang.
Dibalik seruan Yohanes yang tegas, ada hati Allah yang lembut. Ia tidak ingin kita tersesat semakin jauh, ia benar-benar merindukan kita pulang. Ia rindu memulihkan yang retak, mengangkat yang jatuh, menguatkan yang lelah dan menerangi jalan yang gelap. Karena itu pertobatan adalah kabar baik, kita sering mengira pertobatan itu berat, menakutkan atau menyakitkan. Tetapi sesungguhnya pertobatan adalah undangan lembut yang datangnya dari Allah. Allah tidak membiarkan kita terjebak dalam masa lalu, kegagalan atau kebiasaan yang merusak.
Bahaya yang besar, beragama tetapi tidak bertobat, ini diagnosis rohani yang sangat serius kepada orang farisi dan saduki. Mereka tampak rohani,tetapi hatinya melawan Allah. Mereka ahli agama tetapi tidak mau tunduk kepada Allah. Ketika orang Farisi dan saduki datang yohanes tidak menyambut mereka dengan perkataan Terimakasih sudah hadir. Ia malah berkata : Hai kamu keturunan ular beludak ! keras ? Ya. Kejam? Tidak. Perkataan yang keras bukan untuk menghukum, tetapi untuk mengundang pulang. Suara yang mengguncang bukan untuk menjatuhkan tetapi untuk membangunkan serta memulihkan.
Suara Yohanes pembaptis suara yang menunjukkan jalan pulang, sampai saat ini suaranya masih bergema. Suara yang keras tetapi menyelamatkan, suara yang tegas tetapi menghidupkan, suara yang mengundang kita kembali kepada Dia yang mencintai kita. Kiranya suara di padang gurun itu juga membangunkan kita, menuntun kita meninggalkan jalan lama dan membawa kita kepada hidup baru yang Allah sediakan. Amin.





