Berjalan dalam Terang Tuhan
Yesaya 2 : 1 – 5
Kini kita telah memasuki Tahun Baru Gerejawi yang diawali dengan Minggu Advent. Advent masa menunggu, yang berarti menunggu bukan pasif melainkan menunggu yang aktif, menunggu yang membuat kita bersiap, berjaga dan berubah. Menunggu secara pasif hanya membuat waktu ini berlalu, tetapi menunggu secara advent membuat hati semakin rindu kepada Allah dan hidup semakin diarahkan kepada terangNya. Yang menjadi pertanyaan besar di masa kini, apa yang sebenarnya ditunggu dalam advent haruslah jelas. Advent mengajak kita kembali ke Betlehem, mengingat bahwa Allah masuk ke dunia sebagai manusia, mengingat terang datang ketengah kegelapan dan janji keselamatannya akhirnya digenapi.
Saat ini kita benar-benar diajak untuk kembali menghayati makna kelahiran Kristus bukan hanya sekedar merayakan Natal, tetapi kita memahami mengapa ia datang? Kedatangannya untuk menyelamatkan, memulihkan, mengampuni dan menghadirkan damai. Menunggu kedatangannya advent bukan hanya nostalgia menuju kelahiran Yesus, yang ditunggu dalam advent ialah : Pemulihan dunia sepenuhnya untuk bergerak menuju pemulihan total dalam Kristus. Dia juga datang bukan karena dunia sudah layak, tetapi justu karena dunia terlalu gelap. Bayi yang lahir di kandang itu juga bukan sekedar simbol melainkan ini adalah terang Allah yang turun untuk menghalau kegelapan manusia. Dimasa Advent kita tidak lagi sekedar untuk menunggu natal.
Didalam kitab Yesaya 2:1-5 ada persoalan tentang ketidakstabilan politik, krisis moral dan ketakutan akan masa depan. Sehingga nabi Yesaya bersuara, ia bersuara ketika Israel di kondisi kecemasan yang kolektif, seperti adanya ancaman dari Asyur, adanya kerusakan sosial, ketidakadilan dan bahkan sampai ketahap kejatuhan rohani. Sampai semua orang bertanya apakah bangsa ini punya masa depan? Pertanyaan ini hampir sama seperti yang dialami saudara kita yang terkena bencana alam, mereka pasti mengatakan apakah bangsa ini punya masa depan? Melihat sistem yang buruk telah terjadi ditengah-tengah kehidupan bernegara. Disinilah Yesaya membangkitkan harapan mereka yang lelah, takut dan yang telah kehilangan arah. Yesaya tidak menutup matanya terhadap kegelapan dunia yang telah terjadi, ia melihat jauh kedepan menembus kabut ketakutan, kekacauan dan benar-benar menyaksikan masa depan Tuhan sendirilah yang membangun.
Advent juga mengingatkan masa depan/sejarah bukan ditangan bencana, bukan juga ditangan kekacauan dunia, melainkan masa depan di tangan Tuhan. Yesaya sudah sangat jelas melihat masa depan tersebut, yang ia lihat gunung Tuhan di tinggikan, bangsa-bangsa mengalir kepada Tuhan, hukumNyapun memimpin seluruh bangsaNya. Advent benar-benar menuntun dan mengajak umat untuk menghidupi pertobatan, serta memperbaiki kehidupan dan sampai kepada tujuan untuk benar-benar mengarahkan hati kepada Tuhan.
Marilah berjalan dalam terang Tuhan ini seruan panggilan Yesaya, bukan teori abstrak melainkan tuntutan hidup yang sangat praktis. Terang Tuhan adalah gaya hidup yang harus kita hidupi, bukan sekedar ajaran. Yesaya tidak meminta kita memahami terang melainkan Yesaya meminta kita agar berjalan dalam terang Tuhan. Apa artinya berjalan dalam terang Tuhan? Artinya kita diajak untuk mengikuti arah Tuhan, menata ulang kembali prioritas, menolak terjebak dalam kegelapan dunia. Ketika kita sudah berjalan dalam terangNya berarti kita sudah mencapai tahap perubahan perilaku.
Fakta yang sesungguhnya, dunia gampang tenggelam dalam ketakutan, dan keputusasaan. Banyak orang berjalan dalam kegelapan dan kecemasan. Oleh karena itu seruan Yesaya diserukan di advent yang pertama ini, benar-benar berjalanlah dalam terang Tuhan karena ini orientasi kehidupan kita sehari-hari. Advent juga menekankan Kedatangan Yesus tujuannya juga supaya manusia tidak hidup tanpa arah. Tetaplah berjalan dalam terang Tuhan, terkadang terang Tuhan hadir bukan sebagai sorotan besar, tetapi sebagai sebuah lilin kecil ditengah reruntuhan kehidupan kita. Namun perlu kita sadari justru dari terang lilin kecil tersebutlah orang lain mendapatkan keberanian untuk melangkah. Amin





