Mengasihi Tuhan dan Hidup Menurut Jalan-Nya (Ulangan 30:15-20)

Mengasihi Tuhan dan Hidup Menurut Jalan-Nya

(Ulangan 30:15-20)

Saat ini kita dihadapkan dengan berbagai pilihan bahkan terkadang pilihan itu terlalu banyak sehingga kita bingung memilih yang mana. Itulah realita kehidupan. Setiap hal yang kita pilih pasti ada latar belakang dan konsekuensinya. Namun, dapatkah kita memastikan bahwa pilihan kita sudah benar dan tepat? Tentu saja kita akan memilih yang kita anggap baik bagi diri kita, tetapi terkadang apa yang kita anggap baik belum tentu benar-benar yang tepat bagi diri kita.

Bangsa Israel hampir tiba di tanah perjanjian setelah hampir empat puluh tahun lamanya di padang pasir. Samar-samar dari kejauhan tanah perjanjian itu telah terlihat. Kini, sebelum mereka benar-benar menginjakkan kakinya di tanah perjanjian itu, Musa memberi nasihat terakhir, ia memperhadapkan umat TUHAN pada pilihan: kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan. Yang manakah akan mereka pilih? Tidak ada paksaan! Namun konsekuensi dari setiap pilihan itu dipaparkan kepada mereka. Jika bangsa itu ingin hidup dan bertambah banyak dan diberkati oleh TUHAN di negeri yang akan mereka akan diami maka mereka harus mengasihi TUHAN, Allah Israel dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya, berpegang kepada perintah, ketetapan dan aturan-Nya. Namun sebaliknya jika mereka menyembah dan beribadah kepada allah bangsa lain, konsekuensinya juga jelas: mereka pasti akan binasa.

Selama kurang lebih empat puluh tahun lamanya mereka telah bergaul dengan TUHAN, akankah mereka memilih kematian dan kecelakaan? Mereka telah melihat apa yang telah TUHAN perbuat; bagaimana ia melepaskan mereka dari perbudakan bangsa Mesir, bagaimana TUHAN memelihara mereka dengan mencukupkan kebutuhan hidup mereka, bahkan pakaian mereka tidak pernah rusak; mungkinkah mereka akan berpaling kepada allah bangsa lain? Ya memang pada akhirnya Israel pernah jatuh sebagai suatu bangsa. Pada generasi kemudian mereka berpaling dan oleh karena itu mereka hancur sebagai suatu bangsa. Mereka terbuang dan tercerai berai namun oleh karena kasih TUHAN mereka disatukan kembali sebagai suatu bangsa.

Bagaimana dengan kita? TUHAN Allah tahu betapa mengerikannya kematian itu! Oleh karena itu kini Ia tidak lagi memberi kita pilihan, namun justru Ia sendiri-lah yang memilih kita. Ia memilih untuk menyelamatkan. Di dalam karya keselamatan-Nya, Yesus Kristus berkata: Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu (Yoh. 15:16-17). Kita dipilih untuk menjadi bagian dari warga Kerajaan Allah yang hidup; bukan hanya di bumi namun juga di sorga. Ia-lah yang telah terlebih dahulu mengasihi kita dan tidak menginginkan kematian kita, maka Ia memilih untuk menyelamatkan kita. Oleh karena itu kita diajar untuk mengasihi-Nya yang telah memberikan kehidupan itu, agar kita hidup menurut jalan-Nya, aturan dan perintah-Nya. Namun pilihan akhir ada pada kita, apakah kita mau hidup menurut jalan, aturan dan perintah-Nya supaya kita hidup? Kita tahu apa konsekuensi dari setiap pilihan itu, oleh karena itu: pilihlah kehidupan! Amin.