Menjadi Ciptaan Baru (Galatia 6:11-18)

Menjadi Ciptaan Baru

– Rasul Paulus sangat menaruh perhatian tentang “ciptaan baru” yakni tentang seseorang yang telah sepenuhnya hidup di dalam Yesus Kristus (bnd. 2 Kor. 5:17); hal ini tidak bermaksud tentang manusia yang sempurna tanpa dosa, namun tentang bagaimana seseorang telah melepaskan seluruh cara hidup yang lama sebelum mengenal Yesus Kristus. Manusia yang telah menjadi ciptaan baru meletakkan dasar kehidupannya kepada terang kasih kebenaran firman Tuhan bukan semata-mata soal tutur kata dan perbuatan baik saja. Menjadi ciptaan baru berarti bertobat dari cara hidup yang lama di dalam dosa dan berpaling kepada kasih karunia Tuhan.

Apa yang diajarkan oleh rasul Paulus itu sesungguhnya berdasarkan pengajaran Tuhan Yesus sebagaimana yang kita ketahui dalam percakapan-Nya bersama dengan Nikodemus. Tuhan Yesus mengatakan bahwa jika seseorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat kerajaan Allah. Dilahirkan kembali sama dengan menjadi ciptaan baru. Nikodemus tidak mengerti tentang hal ini, oleh karena itu ia bertanya: “Bagaimana mungkin seseorang dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?” (Bnd. Yoh. 3:1-21). Nikodemus masih melihat hal-hal lahiriah sementara Tuhan Yesus menekankan hal-hal rohaniah.

Pada masa awal pertumbuhan kekristenan di masa pelayanan para rasul telah menjadi perdebatan di antara orang Kristen yang berlatar belakang Yahudi memaksa pelaksanaan Sunat kepada setiap orang Kristen, sehingga mereka yang berlatar belakang non-Yahudi menjadi bingung. Apakah seorang Kristen harus disunat? Oleh karena itu rasul Paulus berkata: Bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya, tetapi menjadi ciptaan baru itulah yang ada artinya. Apa yang terjadi sesungguhnya pada masa itu? Sebagaimana yang kita ketahui pada masa itu orang Kristen masih mengalami penganiayaan. Orang Kristen dari latar belakang Yahudi selalu dapat menghindar dari penganiayaan tersebut karena setiap kali para pembenci datang mereka akan mengaku Yahudi bukan Kristen dengan menunjukkan bahwa mereka orang bersunat. Peristiwa ini justru dimanfaatkan sebagian orang untuk mengajak orang Kristen non-Yahudi untuk disunat agar mereka terlepas dari penganiayaan.

Sebagai orang Kristen dari latar belakang non-Yahudi kita sesungguhnya telah disunat, bukan dengan sunat lahiriah namun sunat Kristus (Bnd. Kol. 2:11-12). Oleh karena itu kita bermegah bukan tentang hal-hal lahiriah namun di dalam salib Kristus; di dalam baptisan kita telah mati dan bangkit bersama dengan Kristus, sehingga oleh pertolongan Roh Kudus kita dimampukan dan dikuatkan untuk menghadapi berbagai pencobaan dan pergumulan oleh karena iman kepada-Nya. Maka dari itu sebagai ciptaan baru kita hidup dalam iman kepada-Nya dan tidak lagi terikat kepada hal-hal yang lahiriah. Amin.