“Tuhan Allah Maha Kudus dan Maha Tahu”
– Habakuk 1 : 12 – 17 –
Seperti arti namanya – Habakuk – nabi Habakuk bergumul untuk mengerti jalan TUHAN Allah; mengapa Ia membiarkan kelaliman bangsa Kasdim (kerajaan Babel) menghancurkan umat-Nya. Benarlah bahwa bangsa Israel itu sendiri telah jauh dari TUHAN, mereka tidak lagi mengindahkan ketetapan dan hukum-Nya, mereka telah berlaku curang dan berpaling daripada-Nya; namun mengapa justru bangsa yang lebih bobrok dari mereka dijadikan TUHAN Allah sebagai alat untuk memukul?
Nabi Habakuk diutus di puncak masa-masa sulit dari kerajaan selatan (Yehuda), ia menyaksikan bagaimana umat Tuhan dihancurkan, mereka bagai ikan yang ditangkap dengan kail dan jala serta dikumpulkan dengan payang, dibunuh dengan tidak berbelas kasihan sedikit pun. Rumah dan harta benda mereka dijarah, demikian juga bait suci yang dibangun oleh Salomo tidak luput dari serangan yang menghancurkan setiap bangunannya. Seluruh perkakas bait suci disita sebagai harta rampasan dan dibawa ke Babel. Sekilas informasi; sebelum puncak serangan dari Nebukadnezar ke Yerusalem, kota itu dikepung selama 18 bulan lamanya; seluruh penduduknya dibiarkan mati kelaparan, sehingga dengan demikian pada puncak serangan ke Yerusalem, bangsa itu sungguh sudah tidak berdaya lagi. Beberapa ahli sejarah mencatat bahwa: adalah lebih baik mati sebelum masa pengepungan itu karena pada saat itu, sebagian dari mereka telah menjadi kanibal untuk mempertahankan hidupnya karena tidak ada apa-apa lagi untuk dimakan.
Mengapa TUHAN Allah membiarkan umat-Nya menderita sedemikian rupa? Bukankah Ia adalah Allah mereka yang Mahakudus? Memang nabi Habakuk tetap percaya bahwa: Mereka tidak akan mati (maksudnya: bahwa mereka tidak binasa secara seutuhnya, akan selalu ada sisa-sisa dari umat TUHAN yang bertahan melewati masa-masa sulit itu). Ia juga mengerti bahwa bangsa Babel telah dipakai TUHAN sebagai alat untuk menghukum; tetapi peristiwa yang begitu dahsyat itu tetap tidak dapat dimengerti seutuhnya bahkan oleh nabi TUHAN.
Acap kali di masa-masa sulit kita memang tidak dapat mengerti jalan dan rencana TUHAN Allah dalam hidup kita, tetapi setelah seluruh peristiwa yang sulit terjadi, di masa depan semuanya secara bertahap akan dipahami. Masa-masa sulit yang dialami umat TUHAN justru menjadikan mereka nantinya menjadi umat yang lebih bersungguh-sungguh hidup bergaul dengan TUHAN. Di tanah Babel mereka pada akhirnya akan mengumpulkan seluruh kitab-kitab yang dituliskan nabi terdahulu sebagai cikal bakal kitab suci yang kita kenal sekarang. Di negeri orang justru mereka menjadi lebih saleh. Di negeri orang mereka justru jadi lebih menghargai dan merindukan Yerusalem, kota Daud. Di negeri orang justru pengharapan akan Mesias semakin berkembang dan dipelihara; yakni menantikan kedatangan Anak Allah – Yesus Kristus – sebagai pembebas dari penderitaan. Amin.